www.siarandaerah.id – Musibah terjadi di Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dengan runtuhnya Banda (parit/aliran air sungai) akibat curah hujan yang tinggi. Hujan telah turun selama tiga hari berturut-turut, menyebabkan debit air meningkat dan kondisi struktur Banda yang tidak kuat sehingga mengalami keruntuhan pada hari Senin, 7 April 2025.
Insiden ini berdampak signifikan pada keramba-keramba di sekitar, yang menyebabkan ikan-ikan di dalamnya terlepas. Selain itu, sawah yang berada dalam jangkauan kejadian ini juga terkena dampak, dengan lapisan pasir dan tanah menutupi area yang baru saja siap ditanami. Keadaan ini tentunya merugikan banyak petani yang bergantung pada hasil pertanian mereka.
Dampak Lingkungan dan Sosial Akibat Keruntuhan Banda
Dampak keruntuhan Banda tidak hanya dirasakan oleh petani saja, tetapi juga oleh masyarakat yang mengandalkan sumber air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Banda yang utama bagi masyarakat Jorong Kampuang Tangah Timur dan Jorong Kampuang Tangah Barat berfungsi sebagai saluran utama untuk mengaliri sawah-sawah mereka. Dengan keruntuhan ini, ancaman kekeringan pun mengintai, mengingat tidak ada akses alternatif untuk mendapatkan air. Hal ini menambah beban bagi masyarakat yang harus memenuhi kebutuhan air mereka di tengah kondisi yang semakin sulit.
Berdasarkan data terakhir, lebih kurang 200 hektar sawah terancam akibat kejadian ini. Pertanian sebagai sumber kehidupan utama masyarakat sangat bergantung pada ketersediaan air, dan keruntuhan Banda ini telah mengganggu ekosistem pertanian secara keseluruhan. Pusat krisis dengan cepat dibentuk, dan upaya untuk mengumpulkan data lebih lanjut serta memperbaiki situasi sedang dilakukan.
Langkah Perbaikan dan Harapan Masyarakat
Wali Nagari Salareh Aia Timur, Ahmad Fauzi, sangat berharap agar Banda ini cepat diperbaiki, mengingat pentingnya aliran air ini bagi petani lokal. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan harapan agar pemerintah setempat segera mengarahkan bantuan untuk memperbaiki kerusakan yang ada. Kerja sama antara masyarakat dan pemerintah sangat diharapkan untuk mempercepat proses pemulihan.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat, Wali Nagari juga mengajak warga untuk bergotong-royong dalam memperbaiki Banda. Kesadaran akan pentingnya kolaborasi ini sangat diperlukan terutama saat seperti sekarang, di mana ketahanan pangan dan akses air bersih menjadi isu vital. Upaya perbaikan ini diharapkan tidak hanya mengembalikan fungsinya, tetapi juga memperkuat solidaritas masyarakat dalam menghadapi bencana serupa di masa mendatang.
Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak tentang pentingnya pengelolaan sumber daya alam dan infrastruktur yang kokoh. Ke depannya, perlu adanya kajian lebih mendalam tentang ketahanan infrastruktur, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim yang sering menyebabkan cuaca ekstrem seperti yang terjadi baru-baru ini.