Kota Bogor tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan pangan lokal. Penjabat Sekretaris Daerah Kota Bogor, Hanafi, mengungkapkan pentingnya memaksimalkan pemanfaatan lahan pertanian yang tersisa. Dalam acara Panen Raya Perdana, ia menyoroti peran lahan pertanian sebagai pilar ketahanan wilayah yang semakin krusial.
Dengan luas lahan pertanian yang hanya menyentuh angka sekitar 10 persen dari total wilayah Kota Bogor, keberadaan lahan tersebut perlu dipandang sebagai “surga yang tersisa”. Mengingat semakin terbatasnya ruang untuk pertanian, mengoptimalkan lahan yang ada adalah suatu keharusan.
Pentingnya Mempertahankan Lahan Pertanian di Perkotaan
Lahan pertanian di Kota Bogor, yang seharusnya menjadi sumber pangan bagi masyarakat, justru terancam oleh pembangunan infrastruktur dan urbanisasi. Hanafi menekankan bahwa menjaga lahan pertanian adalah bagian dari keberlanjutan pertanian itu sendiri. Ia menyoroti adanya kesempatan bagi masyarakat untuk belajar dan mengelola lahan secara efektif, seperti yang dilakukan oleh Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).
Data menunjukkan bahwa keberhasilan pengelolaan lahan kecil dapat berkontribusi besar terhadap kestabilan pangan lokal. Keberadaan IWAPI sebagai contoh nyata memperlihatkan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, lahan terbatas pun dapat menghasilkan manfaat yang luar biasa. Kolaborasi antara pemerintah dan organisasi masyarakat, menurut Hanafi, sangat esensial untuk memperkuat ketahanan pangan ke depan.
Strategi Urban Farming sebagai Solusi Ketahanan Pangan
Selama masa pandemi, Pemerintah Kota Bogor telah mendorong masyarakat untuk mengadopsi gerakan urban farming. Inisiatif ini berfokus pada pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian. Dengan cara ini, walaupun lahan yang dimiliki kecil, ia tetap dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Gerakan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga mendukung kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian. “Kami berharap masyarakat terus terinspirasi untuk menggunakan ruang yang ada, sekecil apa pun, demi kemandirian pangan,” jelas Hanafi, menekankan betapa pentingnya pengelolaan lahan secara efektif.
Selanjutnya, Wakil Ketua Umum IWAPI, Susi Andrianis, mengungkapkan pandangannya mengenai pentingnya kolaborasi dalam pembangunan pertanian yang inklusif dan berkelanjutan. Panen raya ini, menurutnya, bukan hanya simbol keberhasilan, tetapi juga harapan akan masa depan pertanian yang lebih baik, terutama bagi perempuan pelaku usaha dan petani.
Dari berbagai inisiatif ini, terlihat jelas bahwa keberhasilan pertanian tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja. Ini adalah hasil dari kerja sama yang solid antara berbagai elemen masyarakat dan pemerintah. Sebuah langkah ke depan menuju ketahanan pangan nasional perlu dilakukan secara kolektif.
Dalam rangka memperkuat kemitraan, IWAPI juga telah menandatangani kontrak payung kemitraan benih pertanian dengan pihak terkait, yang menandakan komitmen berkelanjutan dalam pengembangan pertanian. Kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang bermanfaat bagi pengembangan sektor pertanian di Indonesia.
Di tengah semua upaya tersebut, penting bagi kita untuk menyadari bahwa keberlanjutan pangan tidak hanya ditentukan oleh luasan lahan, tetapi juga oleh bagaimana kita mengelolanya. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, tantangan yang ada bisa dihadapi bersama.
Pada akhirnya, panen hasil dari pertanian hortikultura ini menjadi simbol keberhasilan kolaborasi yang produktif antara IWAPI dan Pemerintah Kota Bogor dalam memberdayakan lahan pertanian di kawasan perkotaan. Ini adalah momentum penting yang menunjukkan bahwa, meskipun lahan pertanian terbatas, jika dikelola dengan baik, ia tetap dapat memberikan dampak yang signifikan.