Kota Bogor telah mengambil inisiatif penting dalam mendukung pembentukan komunitas lansia di tingkat RW. Komitmen ini diungkapkan oleh Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, dalam acara Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Aula Kecamatan Bogor Selatan. Acara ini bukan hanya seremonial, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam menciptakan wadah bagi para lansia untuk bersosialisasi dan berkontribusi dalam masyarakat.
Acara ini diadakan pada tanggal 26 Mei 2025 dan diwarnai dengan penyerahan bantuan kepada para lansia. Dengan adanya dukungan dari pemerintah kota, diharapkan lansia dapat memiliki tempat berkumpul yang tidak hanya untuk beristirahat, tetapi juga sebagai forum untuk bertukar ide dan pengalaman. Seberapa pentingnya peran lansia dalam masyarakat? Dan bagaimana mereka dapat berkontribusi secara aktif? Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi pijakan bagi pembentukan komunitas ini.
Pentingnya Komunitas Lansia di Setiap RW
Pembentukan komunitas lansia dirasa krusial mengingat ada sekitar 804 RW di Kota Bogor. Dedie Rachim menjelaskan harapannya agar para lansia memiliki kelompok-kelompok yang berfungsi sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan melakukan berbagai kegiatan positif. Memiliki komunitas berarti para lansia dapat merasa lebih terhubung, tidak merasa terasing, dan tetap berdaya meskipun di usia senja mereka.
Dengan beragamnya latar belakang dan pengalaman hidup, anggota komunitas bisa saling belajar satu sama lain. Ini juga menciptakan jaringan dukungan yang dapat membantu mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Selain itu, memiliki komunitas akan menumbuhkan rasa memiliki dan pentingnya pengawasan terhadap lingkungan sekitar, yang menjadi aspek penting dalam pencegahan tindak kejahatan, seperti pelecehan seksual dan kenakalan remaja. Data menunjukkan bahwa keterlibatan lansia dalam monitoring lingkungan dapat bersinergi dengan upaya pencegahan tersebut.
Strategi Pembentukan dan Pengembangan Komunitas Lansia
Dedie Rachim menekankan bahwa tanggung jawab para lansia tidak hanya berhenti pada aktivitas sosial saja, tetapi juga meliputi monitoring lingkungan. Mereka diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman di sekitar mereka. Ini berarti lansia perlu dilibatkan dalam diskusi komunitas untuk membahas isu-isu penting yang berhubungan dengan kesejahteraan warga, termasuk anak-anak dan remaja di sekitar mereka.
Ketua Lembaga Lansia Indonesia (LLI) Kota Bogor, Aisyah Wan Grainie, juga menjelaskan tema HLUN tahun ini yaitu “Lansia Sejahtera Indonesia Bahagia.” Dia menambahkan bahwa dengan pengembangan komunitas ini, diharapkan akan ada kedekatan dan solidaritas di antara para lansia. Target awal adalah pembentukan 15 persen dari keseluruhan RW, dan diharapkan dalam dua minggu pertama, dua komunitas dapat terbentuk. Melalui komunitas ini, para lansia diharapkan dapat berdaya dan membangun kesadaran kolektif mengenai isu-isu yang ada di lingkungan mereka.
Aisyah menjelaskan bahwa setiap komunitas di RW akan dipimpin oleh lima hingga enam orang lansia. Keberadaan mereka akan membangun kesadaran dan saling dukung antara satu sama lain. Ini tentu merupakan langkah progresif dalam mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli. Semangat untuk berkontribusi ini akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi lansia, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.