www.siarandaerah.id – KOTA BOGOR – Pada hari Minggu, tanggal 29 Juni 2025, komunitas Lembur Sawah menggelar perayaan Sidekah Bumi, yang diisi dengan beragam hasil bumi dan olahan makanan. Acara ini berlangsung dengan meriah di situs Singa Manggala sebelum dilanjutkan ke pusat kampung untuk dilakukan doa bersama.
Dua tandu yang membawa pare gede, dijadikan simbol dari pemberian hasil bumi warga kepada pemerintah. Selanjutnya, hasil tersebut akan dibagikan kembali kepada masyarakat, menguatkan rasa solidaritas antarwarga.
Tradisi ini merupakan bentuk syukur masyarakat Lembur Sawah, yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-17, tepatnya tahun 1601 Masehi. Di dalam acara ini, seluruh warga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang ada.
Sejarah dan Makna Tradisi Sidekah Bumi dalam Budaya Lokal
Ketua Panitia Penyelenggara, Ahmad Jaelani, menjelaskan bahwa Sidekah Bumi tidak hanya sebuah acara, tetapi juga sebuah ritual penting bagi warga. Acara ini memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas kesuburan tanah yang melimpah.
Setiap tahun, warga membawa hasil bumi serta makanan olahan sebagai ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta. Pada tahun ini, total terdapat 19 dongdang yang mewakili berbagai RT/RW di Kelurahan Mulyaharja.
Tradisi ini telah menjadi semakin kaya, dengan hadirnya elemen seni tradisional yang menarik perhatian banyak kalangan. Bahkan, penampilan wayang dan berbagai tarian lokal menambah kehangatan dan semangat pada perayaan ini.
Keterlibatan Masyarakat dan Perayaan yang Semakin Meriah
Dalam beberapa tahun terakhir, Sidekah Bumi menjadi acara yang dinanti-nanti tidak hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh pengunjung dari luar daerah. Dengan beragam pertunjukan, masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam keunikan budaya ini.
Pada tahun ini, pengunjung dapat mencicipi hasil bumi secara gratis, serta berbagai makanan tradisional yang diolah dengan resep turun temurun. Festival jajanan lembur memberikan pengalaman unik, seolah membawa pengunjung kembali ke masa lalu.
Menariknya, dalam aktivitas festival ini, masyarakat melakukan transaksi dengan menggunakan koin dari batok kelapa. Cara ini menyuguhkan nuansa nostalgia yang begitu kental, dan semakin memperkuat nilai-nilai tradisi.
Pentingnya Pelestarian Budaya dan Lingkungan dalam Acara Ini
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menekankan pentingnya menjaga kelestarian tradisi ini. Dia mengungkapkan kegembiraannya terhadap acara ini yang menjadi rangkaian dari Hari Jadi Bogor ke-543 ini.
Saat berbicara tentang kelestarian, beliau juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Nilai-nilai yang diusung dalam acara ini harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari warga, agar tradisi dapat terus dilestarikan.
Dedie Rachim mengajak seluruh warga untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Kesadaran akan lingkungan sangat penting dalam melanjutkan tradisi ini untuk generasi mendatang.
Potensi Pertanian Lembur Sawah sebagai Sumber Keberlanjutan
Kelurahan Mulyaharja diakui sebagai “Surga Yang Tersisa” di tengah Kota Bogor. Potensi hasil pertanian di wilayah ini sangat mencolok, menyediakan berbagai jenis komoditas lokal yang berkualitas tinggi.
Setiap tahun, hasil bumi yang dipanen selalu melimpah. Termasuk pisang, talas, dan umbi-umbian merupakan beberapa contohnya yang ditampilkan dalam acara ini, membuktikan kesuburan lahan di wilayah tersebut.
Melihat potensi ini, wali kota berharap agar Mulyaharja dapat menjadi kampung budaya yang mengintegrasikan tradisi dengan pertanian yang lestari. Harapan ini bertujuan agar masyarakat dapat terus mengenal dan melestarikan budaya serta lingkungan mereka.