Kota Bogor menjadi sorotan karena upaya keras dalam pencegahan stunting yang dilakukan oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) setempat. Dalam sebuah acara, Yantie Rachim mengajak semua pihak, termasuk kader posyandu, untuk lebih aktif dalam memberikan edukasi tentang pentingnya pencegahan stunting dengan mengikuti langkah-langkah yang disebut sebagai “ABCDE”.
Fokus pada pencegahan stunting sangatlah relevan, mengingat keadaan tersebut dapat berdampak buruk pada masa depan generasi penerus. Stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif anak. Hal ini menjadi isu besar yang perhatian pemerintah pusat, dan upaya pencegahannya membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.
Strategi Pencegahan Stunting yang Efektif
Langkah pertama dalam strategi pencegahan adalah *Aktif* minum Tablet Tambah Darah untuk remaja putri dan ibu hamil. Tablet ini penting untuk memastikan ibu hamil memiliki cadangan zat besi yang cukup, yang sangat berguna bagi perkembangan janin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.
Melanjutkan ke langkah kedua, yaitu *Bumil* rutin memeriksa kehamilan minimal enam kali dan melakukan dua kali pemeriksaan USG oleh dokter. Ini memberikan pemantauan yang baik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Data menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan yang memadai berhubungan dengan rendahnya angka kematian bayi dan stunting.
Pentingnya Nutrisi dan Edukasi Keluarga dalam Mengatasi Stunting
C. yang berarti *Cukupi* konsumsi protein hewani harian, menjadi langkah ketiga yang tidak kalah penting. Asupan protein hewani seperti daging, ikan, dan telur sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama bagi bayi di atas enam bulan. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan asupan protein yang cukup menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan yang tidak. Selanjutnya, langkah D, yaitu *Datang* ke posyandu setiap bulan, berfungsi untuk memantau tumbuh kembang anak secara berkala. Kunjungan ini juga menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mendapatkan informasi dan edukasi gizi yang tepat.
Terakhir, langkah E adalah *Eksklusif* ASI selama enam bulan, dilanjutkan dengan MPASI bergizi. ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi di awal kehidupannya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko stunting secara signifikan. Program edukasi yang menyasar ibu-ibu juga penting untuk memastikan bahwa mereka memahami pentingnya pemberian ASI ini.
“Saya berharap kegiatan sosialisasi ini semakin meneguhkan komitmen kita bersama untuk mencegah stunting dan meningkatkan pengetahuan yang bisa diterapkan di masyarakat,” kata Yantie Rachim. Upaya kolaboratif ini diharapkan menghasilkan generasi yang sehat dan produktif di masa depan. Mengingat prevalensi stunting di Kota Bogor masih mencapai angka 18,2 persen pada 2023, penurunan ini menunjukkan kerja keras semua pihak, namun penanganan lebih lanjut tetap diperlukan untuk mencapai target Zero Stunting.
Dalam penutupan, Yantie Rachim mengingatkan bahwa stunting bukan hanya soal kekurangan makanan, namun juga melibatkan pola asuh, kesehatan ibu, jarak kelahiran, serta sanitasi lingkungan. Oleh karena itu, sebuah pendekatan yang terpadu antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan dalam upaya pencegahan stunting ini. Melalui peran aktif dari kader posyandu yang merupakan garda terdepan, diharapkan pencegahan stunting dapat dilakukan secara lebih efektif. Memiliki pengetahuan yang baik dan kesadaran akan pentingnya kesehatan anak adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik.